EARTH HOUR Untuk bumi dan Masa Depan

Earth Hour, kampanye terbesar WWF, sekali lagi diselenggarakan untuk mengumpulkan jutaan orang di seluruh dunia untuk menunjukkan komitmen mereka terhadap planet bumi. Saat rumah kita bersama sedang menghadapi ancaman ganda dari perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati, gerakan akar rumput terbesar untuk aksi penyelamatan lingkungan ini akan menggerakkan individu-individu, sektor bisnis dan pemerintah untuk mengambil peran dalam upaya konservasi dan mencari solusi untuk membangun masa depandan sebuah planetyang sehat dan berkelanjutan untuk semua.

Diawali sebagai sebuah gerakan simbolis mematikan lampu di Sydney (Australia) tahun 2007, Earth Hour kini diselenggarakan di lebih dari 180 negara dan wilayah, sebagai momen solidaritas global untuk planet bumi. Dalam jaringan, tagar #EarthHour dan berbagai tagar lainnya yang relevan, mencatat 3,5 miliar impresi menjelang momen Earth Hour, menjadi topik paling tren di sedikitnya 30 negara. Gerakan ini telah mengubah popularitas isu perubahan iklim dan aksi-aksi konservasi di seluruh dunia. Dan turunnya keragaman hayati global dalam rasio yang belum pernah terjadi sebelumnya, mendorongkan fokus Earth Hour tahun ini pada menggalang dukungan untuk aksi penyelamatan alam.


Dalam dekade terakhir, Earth Hour telah mengilhami jutaan orang untuk mendukung dan berpartisipasi dalam proyek iklim dan konservasi penting yang dipimpin oleh WWF dan organisasi lainnya, membantu mendorong kebijakan, kesadaran dan tindakan iklim. Di antara yang menarik, gerakan Earth Hour telah membantu penciptaan 3,4 juta hektar kawasan lindung laut di Argentina, hutan Earth Hour seluas 2.700 hektar di Uganda dan membantu undang-undang baru untuk perlindungan laut dan hutan di Rusia.


Tahun 2018, tim WWF dan Earth Hour di seluruh dunia akan menyoroti masalah lingkungan yang paling relevan di negara atau wilayah masing-masing. Di Kolombia, orang-orang akan menyerukan agar negara tersebut menargetkan zero deforestasi pada tahun 2020. Polinesia Prancis diperkirakan akan bergerak untuk melindungi 5 juta kilometer persegi lautnya untuk melestarikan ekosistem laut. Di Guatemala, seluruh warga akan mengangkat suara mereka mengenai pentingnya konservasi air tawar dan di India, orang akan berjanji untuk beralih ke gaya hidup yang berkelanjutan. Di Nepal, WWF akan memobilisasi dukungan publik untuk masa depan energi bersih dan terbarukan untuk semua. Sebanyak 180 negara di dunia termasuk 60 kota di Indonesia akan mengikuti kampanye Earth Hour 2018. Stadion Gelora Bung Karno (GBK) sebagai salah satu stadion terbesar di dunia kini menjadi ikon baru terkait isu lingkungan itu.

Rizal Malik selaku CEO WWF Indonesia menjelaskan keterkaitan Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno (PPP GBK). Jadi GBK bakal ikut serta dalam aksi simbolis pemadaman lampu selama satu jam, pada Sabtu 24 Maret 2018 pukul 20.30-21.30 WIB.

"Dengan bangga kami mencatat partisipasi GBK yang merupakan ikon baru kebanggaan nasional, juga menjadi simbol kemajuan pola pikir dan sikap masyarakat dan pemerintah Indonesia, terhadap isu-isu lingkungan dan perubahan iklim saat ini," jelas Rizal dalam Konferensi Pers Earth Hour 2018 #connect2earth di Jakarta, Kamis 15 Maret 2018.

Earth Hour akan berfokus pada empat isu utama, yaitu menginisiasi kampanye kawasan bebas sampah di berbagai kota, melakukan penanaman mangrove sebanyak 26.000 bibit di lebih dari 15 wilayah seluruh Indonesia, menginisiasi komitmen 9 kampus di 9 kota untuk program pembangunan kesadaran konsumen akan pola konsumsi yang berkelanjutan, serta menggerakkan kampanye pembangunan kesadaran terkait keanekaragaman hayati dan kampanye anti perdagangan satwa liar yang dilindungi pada 310 sekolah seluruh Indonesia.

"Earth Hour di Indonesia dikenal dunia sebagai gerakan komunitas terbesar. Selama 3 tahun kedepan Komunitas Earth Hour bersama WWF-Indonesia akan mendukung pemerintah Indonesia untuk pencapaian komitmen pengurangan emisi sebanyak 26% pada 2020 melalui gerakan reforestasi," ujar Dewi Satriani, Manajer Kampanye WWF-Indonesia. Selain itu, gerakan ini juga akan mendukung pencapaian target SDG 12, yaitu pola konsumsi dan produksi berkelanjutan. "Kami mengajak seluruh pendukung baik individu, komunitas, organisasi, pelaku bisnis, pemerintah, media untuk terlibat secara langsung dalam seluruh aksi yang dilakukan," lanjut Dewi.


"Earth Hour adalah bukti kekuatan serta gagasan sederhana untuk menginspirasi orang mengambil tindakan untuk melindungi Bumi. Seiring kita mengambil satu jam untuk merenungkan peran penting yang dimainkan oleh keanekaragaman hayati dan alam dalam kehidupan kita, biarlah ini menjadi percikan yang menggandakan tindakan untuk transformasi ke masa depan yang lebih berkelanjutan," kata Cristiana Paca Palmer, Sekretaris Eksekutif Convention on Biological Diversity (CBD).
"Sekretariat CBD senang bisa bekerja sama dengan WWF, dan dengan orang-orang di seluruh dunia untuk membangun sebuah Gerakan di mana orang dan masyarakat membuat hubungan pribadi dengan Bumi. Refleksi, percakapan dan tindakan yang kita mulai hari ini akan membantu melindungi keanekaragaman hayati di tingkat lokal, nasional dan global, dan membawa kita pada perjalanan hidup yang selaras dengan alam." (www.merdeka.com)

Comments

Popular Posts